Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.

Aspal Buton, Ironi Negeri Zamrud Khatulistiwa

Senin, 22 Mei 2023 14:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi jalan beraspal
Iklan

Rakyat hanya berpikir sangat sederhana. Seandainya saja hilirisasi aspal Buton sudah terwujud untuk mengsubstitusi aspal impor, maka pasti rakyat akan makmur dan sejahtera. Tetapi apabila kenyataannya tidak demikian, sejatinya, inilah fenomena ironi negeri zamrud khatulistiwa. Ironi negeri yang kaya raya dengan deposit aspal alamnya. Dan ironi negeri yang masih belum merdeka sepenuhnya. Apakah pak Jokowi tidak merasa malu, bersalah, dan menyesal, karena telah gagal mewujudkan hilirisasi aspal Buton?

Indonesia dikenal juga sebagai negeri zamrud khatulistiwa, karena letak geografisnya yang sangat pas melintasi garis khatulistiwa, dan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah ruah. Zamrud merupakan batu permata yang berwarna hijau menjadi perumpamaan dari alam Indonesia yang kaya, subur, dan indah. Jika dilihat dari atas, Indonesia yang dikelilingi oleh hutan rimba, dan pegunungan menjulang tinggi, tampak hijau berkilau serta menyejukkan hati layaknya batu zamrud yang indah bercahaya.

Di balik semua keindahan dan kekayaan alam negeri zamrud khatulistiwa ini, ternyata ada tersembunyi bayang-bayang penderitaan dan kesengsaraan rakyatnya yang tidak pernah terkuak. Inilah ironi negeri zamrud khatulistiwa yang katanya sangat kaya dengan deposit aspal alamnya. Tetapi harta karun yang sangat bernilai ini, sayangnya tidak mampu menyejahterakan rakyatnya. Mungkin sudah banyak air mata yang terkuras habis dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menangis meratapi nasib yang merana dan nestapa. Karena ternyata hidup di negeri zamrud khatulistiwa tidak seindah namanya. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Haruskah kita mengganti nama ini menjadi “Negeri Derita Khatulistiwa” ?. Karena yang ada hanyalah derita, kesedihan, dan kekecewaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia seharusnya sudah bisa makmur dan sejahtera sejak dulu. Karena Allah SWT telah mengkaruniai sumber daya kekayaan alam yang sangat melimpah, tanah yang subur, dan panorama pemandangan alamnya yang mempesona. Oleh karena itu, Indonesia dikiaskan sebagai negeri untaian zamrud di khatulistiwa. Tetapi mengapa rakyatnya sebagian besar masih banyak yang miskin, dan menderita? Diyakini karena kekayaan alam Indonesia ini tidak diolah dan dimanfaatkan sesuai dengan UUD’45, Pasal 33. Mengapa ? Karena rasanya kita masih dijajah oleh bangsa sendiri. Kita masih belum merdeka sepenuhnya.

Aspal alam yang terdapat di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, merupakan kekayaan sumber daya alam yang sangat luar biasa berharga, apabila mampu diolah dan dimanfaatkan dengan baik. Jumlah depositnya mencapai 662 juta ton. Ironinya, pemerintah lebih memilih kebijakan untuk mengimpor aspal daripada memanfaatkan aspal alam Buton ini. Mampukan pak Jokowi, sebagai presiden Indonesia, menjelaskan hal ini kepada rakyat? Mungkin pak Jokowi akan balas bertanya: “Lho, kok malah tanya saya ?”. Memang pak Jokowi tidak perlu menjelaskan hal ini kepada rakyat. Karena rakyat sudah paham sekali bahwa mengimpor aspal itu lebih menguntungkan. Tetapi untuk siapa ? Nah, ini yang rakyat masih belum paham.

Sejatinya, kekayaan sumber daya alam Indonesia sangat melimpah ruah. Ada minyak & gas bumi, batubara, tembaga & emas, timah, nikel, besi, bauksit, dan masih banyak yang lainnya lagi. Apakah pemerintah bisa menjelaskan kepada rakyat berapa besar jumlah total keuntungan negara yang telah diperoleh dari hasil kekayaan sumber daya alamnya ini? Dan berapa besar jumlah total keuntungan negara-negara asing yang telah diperoleh dari sumber daya kekayaan alam Indonesia ini? Siapakah yang memperoleh keuntungan lebih besar, Indonesia, atau negara-negara asing? Rakyat tidak paham dengan hitung-hitungan semua itu. Tetapi yang rakyat paham dan tahu pasti adalah bahwa cita-cita kemerdekaan untuk mencapai negara Republik Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera masih belum tewujud. Ah, rasanya masih jauh.

Aspal Buton adalah salah satu contoh sumber daya alam Indonesia yang tidak mendapat perhatian yang pantas dan adil dari pemerintah. Pak Jokowi sudah pernah datang berkunjung ke pulau Buton, Sulawesi Tenggara, pada tanggal 27 September 2022. Apakah kunjungan pak Jokowi ini merupakan sebuah bentuk perhatian dari pemerintah kepada aspal Buton? Apa yang sudah pak Jokowi perbuat untuk aspal Buton? Aspal Buton sebelum pak Jokowi datang, dan aspal Buton setelah pak Jokowi berkunjung, tidak ada yang berubah sama sekali. Masih tetap sama. Padahal pak Jokowi sudah datang ke pulau Buton 8 bulan yang lalu. Rakyat bertanya-tanya? Dimana bentuk perhatian pemerintah terhadap aspal Buton, kalau hilirisasi aspal Buton masih belum juga ada kemajuan?. Kelihatannya slogan “Indonesia Maju” tidak berlaku untuk aspal Buton.

Mengutip berita dari kompas.com tanggal 24 Februari 2019, dengan judul “Erick Thohir: Indonesia Maju Bukan Sekadar Slogan”, menginformasikan bahwa pak Erick Thohir, Menteri BUMN, pernah mengatakan:  “Indonesia Maju bukan hanya slogan. Indonesia Maju adalah wujud optimisme”. Mungkin pak Erick Thohir perlu menjelaskan lebih rinci lagi mengenai maksud dari ucapannya ini kepada rakyat. Mengapa hilirisasi aspal Buton masih belum juga terwujud di dalam era pemerintahan pak Jokowi, dan dimana optimisme pak Erick Thohir sendiri, sebagai seorang Menteri BUMN?. Optimisme seperti apa yang akan mampu mewujudkan hilirisasi aspal Buton? Rakyat tidak paham bagaimana dengan optimisme akan bisa mewujudkan hilirisasi aspal Buton. Yang rakyat paham adalah hanya dengan niat suci demi menyejahterakan rakyat, hilirisasi aspal Buton pasti akan terwujud.

Hilirisasi aspal Buton adalah kewajiban dan tanggung jawab pemerintahan pak Jokowi yang masih belum selesai dan terbengkalai. Apakah pak Jokowi sudah “melempar handuk”, dan mengangkat “bendera putih”, sebagai tanda menyerah? Kelihatannya belum. Karena pak Jokowi sudah memutuskan Indonesia akan stop impor aspal pada tahun 2024. Sekali lagi rakyat tidak paham dengan kebijakan pemerintah. Bagaimana mungkin stop impor aspal akan mampu mewujudkan hilirisasi aspal Buton?. Bukankah malah harus sebaliknya?

Mohon pak Jokowi jelaskan. Bagaimana mungkin Indonesia akan stop impor aspal pada tahun 2024, kalau hilirisasi aspal Buton masih belum terwujud?. Apakah keputusan ini mencerminkan tindakan asal-asalan, putus asa, atau apa? Rakyat sama sekali tidak paham. Padahal kalau pak Jokowi mau memutuskan Indonesia akan mewujudkan hilirisasi aspal Buton pada tahun 2024, maka urusannya sudah selesai dan tuntas. Seandainya saja hilirisasi aspal Buton sudah akan terwujud pada tahun 2024, maka secara otomatis, impor aspal juga akan berhenti dengan sendirinya. Mengapa urusan yang begitu sangat mudah dan sederhana sekali, menjadi begitu sangat sulit, rumit, dan pusing tujuh keliling? Padahal Gus Dur sudah pernah mengatakan: “Begitu saja kok repot?”.

Pemerintah tidak mungkin akan impor aspal selama-lamanya. Rakyat tidak akan tinggal diam. Aspal Buton adalah karunia aspal alam yang perlu mendapat perhatian istimewa dari pemerintah untuk mengsubstitusi aspal impor. Hilirisasi aspal Buton sudah menjadi program pemerintah. Dan sudah menjadi keputusan harga mati, dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Tetapi mengapa prioritasnya sangat rendah? Padahal dampak ekonomi dari “multiplier effect”nya kepada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat adalah sangat signifikan? Sungguh, rakyat tidak paham.

Mengapa hilirisasi nikel menjadi “anak emas”? Sedangkan hilirisasi aspal Buton dicurigai menjadi ancaman bagi kebijakan impor aspal” ? Coba pak Jokowi bayangkan dan renungkan. Seandainya saja devisa negara yang harus dikeluarkan untuk membeli aspal impor adalah sebesar US$ 900 juta per tahun, dapat dimanfaatkan dan digunakan di dalam negeri untuk menggerakkan roda perekonomian Indonesia, alangkah majunya Indonesia. Padahal misi dan visi ini sudah sesuai dengan slogan “Indonesia Maju”. Dapatkan rakyat membantu pak Jokowi untuk membayangkan potensi raksasa dari aspal Buton ini?

Fakta sudah membuktikan bahwa hilirisasi aspal Buton masih belum juga terwujud di era pemerintahan pak Jokowi. Rakyat tidak paham mengapa hal ini bisa terjadi. Padahal pak Jokowi sendiri sudah berupaya keras untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton tersebut. Antara lain dengan memutuskan Indonesia akan stop impor aspal pada tahun 2024. Namun rakyat tidak paham dengan strategi dan arah jalan pikiran pak Jokowi. Aspal Buton mau dibawa kemana, pak Jokowi?

Rakyat hanya berpikir sangat sederhana. Seandainya saja hilirisasi aspal Buton sudah terwujud untuk mengsubstitusi aspal impor, maka pasti rakyat akan makmur dan sejahtera. Tetapi apabila kenyataannya tidak demikian, sejatinya, inilah fenomena ironi negeri zamrud khatulistiwa. Ironi negeri yang kaya raya dengan deposit aspal alamnya. Dan ironi negeri yang masih belum merdeka sepenuhnya. Apakah pak Jokowi tidak merasa malu, bersalah, dan menyesal, karena telah gagal mewujudkan hilirisasi aspal Buton?

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler